A. Pembinaan Mental (Mental Training)
1. Batasan
Drever (1971) mendefinisikan mind atau mental sebagai keseluruhan
struktur dan proses baik yang disadari maupun tidak, dan merupakan bagian dalam
psike yang terorganisir. Nideffer menyebut mental
training sebagai mental rehearsal,
suatu proses perlakuan dimana akhirnya atlet dapat mengubah sikap mentalnya,
memotivasi diri sendiri, lebih cepat mempelajari ketrampilan baru serta dapat
meningkatkan seluruh kemampuannya dalam berbagai situasi pertandingan.
Krueger
dalam Olympic Scientific Congress 1988 di Seoul mengemukakan bahwa kesegaran
jasmani mensyaratkan pengetahuan dan penerapan pendekatan sistem. Pendekatan
holistik/menyeluruh harus digunakan dalam mempelajari mental dan fisik.
Diantaranya ditinjau dari:
1.
segi fisik
makanan
dan gizi memberi umpan kepada badan, mental dan spirit. Latihan kesegaran
jasmani dapat mempengaruhi mental dan membersihkan pikiran yang mengganggu
2.
segi mental
latihan
mental untuk meningkatkan fungsi fisik dan psikik, dan memberi kemungkinan
timbulnya kekuatan batin, termasuk visualisasi, mengontrol pernafasan, teknik
konsentrasi dan mengatur pikiran
3.
segi metafisik
dapat
memotivasi kekuatan terpendam, termasuk cara meningkatkan kekuatan batin
melalui meditasi, do’a, perenungan, berpikir benar, bertindak benar, dan
sebagainya
Melnikov dalam Olympic Scientific Congress
1988 mengklasifikasikan problem pokok psychological
training:
1.
psiko-fisiologi
2.
psikologi sosial
3.
psikologi kepribadian
(di
samping juga psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, psikotes dan
sebagainya).
Unestahl
membedakan pengertian antara mental
conditioning dan mental training/mental strength training:
1. mental conditioning: usaha menjaga
keadaan mental atlet dalam keadaan tertentu menunjukkan kemampuan untuk dapat
menanggung beban mental yang seharusnya atlit tersebut memang dapat
menanggungnya (dalam berbagai situasi pertandingan)
2. mental training/mental strength training: upaya untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan
mental atlit, yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan dalam
keadaan bagaimanapun juga, menghadapi hambatan dari dalam diri maupun luar di
saat pertandingan.
Di samping mental strength training, Unestahl mengemukakan perlunya “the inner mental preparation”, semacam
teknik meditasi yang juga sering disebut “trancendental
meditation” untuk dapat mengembangkan kekuatan-kekuatan yang terdalam
(tenaga dalam) atlet. Di Tae Nung Training Centre (Korea), mental training dilengkapi dengan teknik meditasi (kepercayaan dan
agama). Sedangkan tentang peran mental
training, Unestahl (1988) mengatakan:
“Mental training merupakan latihan jangka
panjang dan sistematis untuk berkembang dan belajar mengendalikan: 1) tingkah
laku 2) penampilan 3) emosi dan mood-states
(suasana hati) 4) proses-proses badaniah”
Setiap atlet selalu menghadapi situasi
psikologis “harapan untuk sukses” dan “ketakutan akan gagal”; melalui mental training akibat-akibat negatif
relatif lebih mudah diatasi. Kemungkinan terjadi Zeigarnik Effect (Heinz
Heckhaussen), yakni seorang atlit yang mudah teringat hal-hal yang tak dapat
diselesaikan dengan baik (kekalahan atau kegagalan) juga merupakan masalah yang
mendorong perlunya mental training.
Masalah lain mental training:
kecemasan (anxiety) baik itu competitive trait anxiety (CTA), mapun
yang dihadapi yunior.
Untuk dapat lebih memahami gejala sosial
psikologik dalam proses pembinaan atau pendidikan, Bany dan Johnson (1975)
mengembangkan cabang ilmu Educational Social Psykology untuk
menjawab permasalahan pembinaan/pendidikan.
2. Mengapa Atlet Elit Perlu Latihan Mental?
Yang dimaksud dengan atlet elit dalam tulisan
ini adalah atlet setaraf atlet nasional yang telah memiliki prestasi dalam
olahraga yang ditekuninya. Untuk dapat meningkatkan prestasi atau performa
olahraganya, sang atlet perlu memiliki mental yang tangguh, sehingga ia dapat
berlatih dan bertanding dengan semangat tinggi, dedikasi total, pantang
menyerah, tidak mudah terganggu oleh masalah-masalah non-teknis atau masalah
pribadi. Dengan demikian ia dapat menjalankan program latihannya dengan
sungguh-sungguh, sehingga ia dapat memiliki fisik prima, teknik tinggi dan
strategi bertanding yang tepat, sesuai dengan program latihan yang dirancang
oleh pelatihnya. Dengan demikian terlihatlah bahwa latihan mental bertujuan
agar atlet dapat mencapai prestasi puncak, atau prestasi yang lebih baik dari
sebelumnya.
Untuk dapat memiliki mental yang tangguh
tersebut, atlet perlu melakukan latihan mental yang sistimatis, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari program latihan olahraga secara umum, dan
tertuang dalam perencanaan latihan tahunan atau periodesasi latihan.
Seringkali dijumpai, bahwa masalah mental
atlet sesungguhnya bukan murni merupakan masalah psikologis, namun disebabkan
oleh faktor teknis atau fisiologis. Contohnya: jika kemampuan atlet menurun
karena faktor kesalahan teknik gerakan, maka persepsi sang atlet terhadap
kemampuan dirinya juga akan berkurang. Jika masalah kesalahan gerak ini tidak
segera teridentifikasi dan tidak segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini
akan menetap. Akibatnya, kemampuan atlet tidak meningkat, sehingga atlet
menjadi kecewa dan lama kelamaan bisa menjadi frustrasi bahkan memiliki pikiran
dan sikap negatif terhadap prestasi olahraganya.
Demikian juga dengan masalah yang disebabkan
oleh faktor fisik. Masalah yang seringkali terjadi adalah masalah “overtrained”
atau kelelahan yang berlebihan, sehingga menimbulkan perubahan penampilan atlet
yang misalnya menjadi lebih lambat, sehingga atlet tersebut kemudian di’cap’
sebagai atlet yang memiliki motivasi rendah.
Kedua contoh tersebut menunjukkan bahwa
masalah mental tidak selalu disebabkan oleh faktor mental atau faktor
psikologis. Jika penyebab masalahnya tidak terlebih dahulu diatasi, maka
masalah mentalnya juga akan sulit untukdapat diperbaiki. Dengan demikian, jika
akan menerapkan latihan mental untuk mengatasi masalah mental psikologis, maka
atlet, pelatih maupun psikolog olahraga harus pasti bahwa penyebab masalahnya
adalah masalah mental.
3. Apakah yang diperlukan
atlet untuk menjalani latihan mental?
Adanya perubahan tingkah laku, perasaan atau
pikiran atlet yang mengganggu si atlet itu sendiri atau mengganggu kelancaran
pelatihan atau komunikasi antara atlet dengan orang lain, merupakan salah satu
indikasi bahwa atlet tersebut mengalami disfungsi atau masalah psikologis.
Namun, sebelum memastikan bahwa masalah tersebut disebabkan oleh faktor
psikologis, perlu secara cermat dianalisis kemungkinan adanya penyebab faktor
teknis atau fisiologis. Jika penyebab utamanya ternyata adalah faktor teknis
atau fisik, maka faktor-faktor tersebutlah yang perlu dibenahi terlebih dahulu.
Masalah mental psikologisnya akan sulit teratasi jika penyebab utamanya tidak
ditangani.
Setelah dipastikan bahwa seorang atlet
mengalami masalah mental psikologis, atau perlu meningkatkan keterampilan
psikologisnya, maka kepada atlet tersebut dapat diterapkan latihan mental. Ada
tiga karakteristik yang sebaiknya terdapat pada diri atlet yang akan menjalani
latihan mental, yaitu:
a. Si
atlet harus mau menjalani latihan mental tersebut. Jika suatu tugas
dihadapi dengan sikap positif, maka potensi keberhasilannya akan semakin nyata.
Sebaliknya, jika si atlet malas melakukan latihannya, maka kegagalan akan
menghadang. Oleh karena itu, si atlet sendiri yang harus memutuskan bahwa ia
mau menjalani setiap program latihan sampai selesai, dan harus yakin bahwa
latihan tersebut akan membawa manfaat bagi kemajuan prestasinya. Tanpa adanya
komitmen tersebut, atau jika atlet merasa terpaksa dalam menjalankan
latihannya, maka manfaat dari hasil latihan yang dijalaninya akan sirna.
b. Atlet
harus menjalankan setiap program latihan secara utuh. Keuntungan atau
manfaat dari latihan mental hanya akan terasa jika atlet menjalankan seluruh
program latihan secara utuh, tidak sepotong-sepotong. Serupa dengan latihan
keterampilan fisik, maka proses latihan mental pun harus dilakukan
berulang-ulang; karena itu ia memerlukan waktu, usaha, maupun umpan balik dari
kemajuan suatu latihan.
c. Si
atlet harus memiliki kemauan untuk menjalani latihan dengan sempurna, sebaik
mungkin. Setiap program latihan mental telah dirancang secara
terstruktur sehingga seluruh kegiatannya memiliki fungsi dan manfaat
masing-masing. Termasuk seluruh penugasan dan evaluasi atau penilaian diri yang
harus dilakukan oleh si atlet, merupakan bagian dari program latihan mental
yang tidak boleh diabaikan. Latihan mental merupakan suatu prosesyang harus
dijalani sesuai prosedur, karena itu tidak ada jalan pintas untuk mencapai
prestasi dalam olahraga.
4. Teknik-Teknik Mental
Training
Strategi
pembinaan mental agar tidak gugup atau cemas, dan semacamnya saat pertandingan,
menurut Weinberg (1984):
1. Attentional focus atau concentration
2. Self-efficacy statement
3. Relaxation
4. Imagery
5. Preparatory Arousal
Relaxation: “I just tried to relax all of my muscles and think about something
else”.
Secara fisik, emosional dan mental, relaksasi
ditandai dengan tidak adanya aktivitas dan ketegangan (tension), suatu suasana penuh ketenangan apabila dapat dijauhkan
segala perasaan yang berhubungan kebutuhan hidup sehari-hari. Ini bisa dengan
tidur terlentang, duduk bersandar dan lainnya sesuai sifat kepribadian
individu, biasanya sekitar 5-15 menit.
Mental Imagery: “I picture my self in perfect balance”.
Bagi Terry Orlick, visualisasi mental ini
merupakan semi simulasi, terjadi dalam otak. Mental Imagery dapat meningkatkan kemampuan individu dalam
menghadapi berbagai permasalahan; atlit lebih siap dengan gerakan sulit, karena
sebelumnya sudah divisualisasikan dalam pikiran. Atlit dapat melihat,
merasakan, melakukan gerakan dan keterampilan tertentu secara benar. Ini akan
memantapkan pola penampilan atlit. Menurut Syer dan Conolly, dalam visualisasi,
atlit akan terbuai (terbawa) dalam suasana tertentu.
Concentration: “I just tried to concentrate on the task and eliminate all irrelevant
information”.
Konsentrasi adalah keadaan dimana atlit menunjukkan
memiliki kesadaran tertuju kepada sesuatu obyek tertentu yang tidak mudah goyah.
Eugene F. Gauron (1984) mengemukakan ciri-ciri konsentrasi:
1.
tertuju pada satu benda pada satu saat
2.
merupakan keseluruhan
3.
perhatian selektif terhadap pemikiran atau obyek tertentu dan tidak adanya
perhatian terhadap yang lain
4.
menenangkan dan memperkuat mental.
Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological
skills) yang bisa dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek
pengelolaan emosi, pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan
sasaran, persiapan menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Bentuk latihan
kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet elit adalah:
a. Berfikir
positif. Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang
mengarahkan sesuatu ke arah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu
dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang
melatihnya. Dengan membiasakan diri berfikir positif dapat menumbuhkan rasa
percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama antara berbagai
pihak. Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula,
karena pikiran akan menuntun tindakan.
b. Membuat
catatan harian latihan mental (mental log). Catatan latihan mental
merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet selesai melakukan latihan,
pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olahraganya. Dalam buku
catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan,
emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet. Catatan
ini semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir, bertindak,
bereaksi, juga merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan, frustrasi, kecewa,
dan segala perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau tampil buruk. Dengan
melakukan perubahan pola pikir akan hal-hal negatif tadi menjadi positif, atlet
dapat menggunakan catatan latihan mentalnya sebagai “langkah baru” — setelah
anda mengalami frustrasi, keraguan, ketakutan, ataupun perasaan
berdosa/bersalah – untuk kembali membangun sikap mental yang positif dan penuh
percaya diri.
c. Penetapan
sasaran (goal-setting). Penetapan sasaran (goal-setting)
perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus dituju. Sasaran tersebut
bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu kejuaraan.
Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa diukur agar dapat melihat
perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu pencapaian
sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama antara atlet
dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun sekaligus bukan
sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran tersebut harus dapat
memberikan tantangan bahwa jika atlet bekerja keras maka sasaran tersebut dapat
tercapai. Dengan demikian penetapan sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai
pembangkit motivasi.
d. Latihan
relaksasi. Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan
manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan
otot maupun ketegangan psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi,
namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif.
Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan
keadaan rileks dan tegang. Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya
setelah dilakukan setiap hari selama minimal enam minggu (setiap kali latihan
selama sekitar 20 menit). Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat
waktu yang diperlukan untuk bisa mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada
latihan relaksasi lainnya adalah “autogenic training” dan berbagai latihan
pernapasan. Latihan relaksasi ini juga menjadi dasar latihan pengendalian emosi
dan kecemasan. Latihan relaksasi dapat pula dilakukan dengan bantuan alat
seperti “galvanic skin response”, “floatation tank”, dan juga berbagai paket
rekaman kaset latihan relaksasi yang mulai banyak beredar di pasaran.
e. Latihan
visualisasi dan imajeri. Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu
bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam
pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari
atau mengulang gerakan baru; memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum
sempurna; latihan simulasi dalam pikiran; latihan bagi atlet yang sedang
rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan
visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran.
Namun, di dalam imajeri si atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinya namun
juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan.
Untuk dapat menguasai latihan imajeri, seorang atlet harus mahir dulu dalam
melakukan latihan relaksasi.
f. Latihan
konsentrasi. Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang
tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga,
masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah
berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak
mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi
yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan sehingga atlet akhirnya
kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya
pun akan berkurang. Selain itu, hilangnya konsentrasi saat melakukan aktivitas
olahraga dapat pula menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan daripada latihan
konsentrasi adalah agar si atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya
terhadap sesuatu yang ia lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal
lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat
berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar didapatkan hasil yang maksimal,
latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika si atlet sudah menguasai
latihan relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan
memfokuskan perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya: nyala lilin; jarum
detik; bola atau alat yang digunakan dalam olahraganya). Lakukan selama mungkin
dalam posisi meditasi.
5. Visualisasi
Meskipun sudah dibahas di atas, namun latihan
untuk visualisasi diperdalam dibagian ini untuk meberikan wawasan contoh model
pelatihan mental. Visualisasi adalah latihan jangka panjang yang dilakukan
secara sistematis dan berkelanjutan untuk membentuk dan mengembangkan
keterampilan mental tertentu (Maksum, 2007:63). Untuk dapat meningkatkan
prestasi atau performa olahraganya, sang atlet perlu memiliki mental yang tangguh, sehingga atlet dapat berlatih dan
bertanding dengan semangat tinggi, dedikasi total, pantang menyerah,
tidak mudah terganggu oleh masalah-masalah non-teknis atau masalah pribadi.
Dengan demikian atlet dapat menjalankan program latihannya dengan
sungguh-sungguh, sehingga dapat memiliki
fisik prima, teknik tinggi dan strategi bertanding yang tepat, sesuai dengan
program latihan yang di rancang oleh pelatihnya. Terlihat bahwa latihan mental
bertujuan agar atlet dapat mencapai prestasi puncak, atau prestasi yang lebih
baik dari sebelumnya.
Untuk dapat memiliki mental yang tangguh
tersebut, atlet perlu melakukan latihan mental yang sistimatis, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari program latihan
olahraga secara umum, dan tertuang dalam perencanaan latihan tahunan atau
periodesasi latihan.
Seringkali masalah mental atlet sesungguhnya
bukan murni merupakan masalah psikologis, namun disebabkan oleh faktor teknis
atau fisiologis. Contohnya: jika kemampuan atlet menurun karena faktor
kesalahan teknik gerakan, maka persepsi sang
atlet terhadap kemampuan dirinya juga akan berkurang. Jika masalah
kesalahan gerak ini tidak segera teridentifikasi dan tidak segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini akan menetap.
Akibatnya, kemampuan atlet tidak
meningkat, sehingga atlet menjadi kecewa dan lama kelamaan bisa menjadi
frustrasi bahkan memiliki pikiran dan sikap negatif terhadap prestasi
olahraganya.
Setelah dipastikan bahwa seorang atlet
mengalami masalah mental psikologis, atau
perlu meningkatkan keterampilan psikologisnya, maka kepada atlet tersebut dapat
diterapkan latihan mental. Menurut Yuanita Nasution (2007) ada tiga
karakteristik yang sebaiknya terdapat pada diri atlet yang akan menjalani
latihan mental yaitu
1. Atlet tersebut menjalani latihan
mental. Karena apabila suatu tugas
dihadapi dengan sikap positif, maka potensi keberhasilannya akan semakin nyata. Sebaliknya, jika atlet malas melakukan latihan, dapat menybabkan kegagalan. Oleh karena itu, atlet sendiri yang harus memutuskan bahwa atlet tersebut menjalani setiap program latihan sampai selesai, dan yakin bahwa latihan tersebut akan membawa manfaat bagi kemajuan prestasinya. Tanpa adanya komitmen tersebut, atau jika atlet merasa terpaksa dalam menjalankan latihan, maka manfaat dari hasil latihan yang dijalaninya akan sirna.
dihadapi dengan sikap positif, maka potensi keberhasilannya akan semakin nyata. Sebaliknya, jika atlet malas melakukan latihan, dapat menybabkan kegagalan. Oleh karena itu, atlet sendiri yang harus memutuskan bahwa atlet tersebut menjalani setiap program latihan sampai selesai, dan yakin bahwa latihan tersebut akan membawa manfaat bagi kemajuan prestasinya. Tanpa adanya komitmen tersebut, atau jika atlet merasa terpaksa dalam menjalankan latihan, maka manfaat dari hasil latihan yang dijalaninya akan sirna.
2. Atlet harus menjalankan setiap
program latihan secara utuh. Keuntungan
atau manfaat dari latihan mental hanya akan terasa jika atlet menjalankan seluruh program latihan secara utuh, tidak sepotong-sepotong. Serupa dengan latihan keterampilan fisik, maka proses latihan mental pun harus dilakukan berulang-ulang karena atlet memerlukan waktu, usaha, maupun umpan balik dari kemajuan suatu latihan.
atau manfaat dari latihan mental hanya akan terasa jika atlet menjalankan seluruh program latihan secara utuh, tidak sepotong-sepotong. Serupa dengan latihan keterampilan fisik, maka proses latihan mental pun harus dilakukan berulang-ulang karena atlet memerlukan waktu, usaha, maupun umpan balik dari kemajuan suatu latihan.
3. Atlet harus memiliki kemauan
untuk menjalani latihan dengan sempurna, sebaik mungkin. Setiap program latihan
mental telah di rancang secara
terstruktur sehingga seluruh kegiatannya memiliki fungsi dan manfaat masing-masing. Termasuk seluruh penugasan dan evaluasi
atau penilaian diri yang harus dilakukan
oleh atlet, merupakan bagian dari program latihan mental yang tidak boleh
diabaikan. Latihan mental merupakan suatu proses yang harus dijalani sesuai
prosedur karena itu tidak ada jalan pintas untuk mencapai prestasi olahraga
Menurut Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000:191)
menjelaskan bahwa dengan mengembangkan kemampuan imagery (keterampilan psikologis), kondisi fisik dan psikis
seseorang akan menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena adanya dampak :
a. Meningkatkan konsentrasi
b. Meningkatkan rasa percaya diri
c. Mengendalikan responsi emosional
d. Memperbaiki latihan keterampilan
e. Mengembangkan strategi
f. Mengatasi rasa sakit
Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa dilatih,
mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan
emosi, pengembangan diri,
peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi
pertandingan, dan sebagainya. Yuanita Nasution (2007) mengungkapkan Bentuk
latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet adalah:
1. Berfikir positf
Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang
mengarahkan sesuatu ke arah yang positif semisal melihat sisi baiknya.
2. Membuat catatan harian latihan mental (mental log)
Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang di
tulis setiap atlet selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain
yang berkaitan dengan olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat
dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap
penting dan relevan oleh atlet.
3. Penetapan sasaran (goal
setting)
Penetapan sasaran (goal-setting)
perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang
harus di tuju. Sasaran tersebut bukan melulu
berupa hasil akhir (output) dari
mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus
bisa di ukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang
ditetapkan.
4. Latihan relaksasi
Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan
manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan
otot maupun ketegangan psikologis contohnya latihan pernafasan.
5. Latihan visualisasi dan imageri (mental imagery)
Merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa
pembayangan diri dan
gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah
untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki suatu
gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran, latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera.
gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah
untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki suatu
gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran, latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera.
6. Latihan konsentrasi
Tujuan
daripada latihan konsentrasi adalah agar atlet dapat memusatkan perhatian atau
pikirannya terhadap sesuatu yang di lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau
hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga
harus dapat berlangsung dalam waktu yang
dibutuhkan. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, latihan konsentrasi
ini biasanya baru dilakukan jika atlet sudah menguasai latihan relaksasi. Salah
satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan perhatian kepada
suatu benda tertentu (misalnya : nyala lilin; jarum detik, bola atau alat yang
digunakan dalam olahraganya)
Latihan mental
dilakukan hampir setiap saat, di rumah, menjelang dan sesudah latihan, selama
masa jedah (time-out) (Weinberg dan
Gould dalam Satiadarma, 2000:195) atau pada saat istirahat, pada masa pemulihan
atau rehabilitasi (Leleva dan Orlick dalam Satiadarma, 2000:195). Pada periode
latihan maupun pertandingan, baik sebelum maupun sesudahnya, latihan imagery dapat dilakukan selama lebih
kurang 10 menit, pada sejumlah atlet dapat melakukan latihan imagery dalam waktu yang relatif lebih
lama namun bagi sejumlah atlet pemula jangka waktu latihan melebihi 10 menit
cenderung mengganggu konsentrasi atlet pemula tersebut (Weinberg dan Gould
dalam Satiadarma, 2000:195).
5. Kapan sebaiknya atlet
melakukan latihan mental?
Latihan mental dilakukan sepanjang atlet
menjalani latihan olahraga, karena seharusnya latihan mental merupakan bagian
tidak terpisahkan dari program latihan tahunan atau periodesasi latihan.
Latihan-latihan tersebut ada yang memerlukan waktu khusus (terutama saat-saat
pertama mempelajari latihan relaksasi dan konsentrasi), namun pada umumnya
tidak terikat oleh waktu sehingga dapat dilakukan kapan saja.
Demikian sekilas uraian mengenai latihan
mental bagi atlet elit, dengan harapan para atlet, pelatih maupun pembina
olahraga semakin menyadari bahwa latihan mental sangat diperlukan untuk
mendapatkan prestasi puncak, dan untuk melakukan latihan mental tersebut
diperlukan proses dan alokasi waktu tersendiri. Selamat berlatih, semoga sukses
mencapai prestasi puncak.
Pembinaan
mental, bagaimanapun, dipersiapkan bagi prestasi dan performance atlit,
sehingga kemauan dan pola pikir atlit amat menentukan.
6.
Kompetisi dan Ketahanan Mental
Begitu besarnya motivasi
dan semangat hingga level permainan atlet/tim, secara tak sadar, performa juga
mengalami peningkatan yang luar biasa. Hal itu adalah bukti, bahwa kondisi
mental sangat berpengaruh terhadap kemampuan atletis seseorang. Didukung dengan
mental yang tangguh, maka kemampuan fisik dan keunggulan teknik permainan akan
menjadi sebuah sinergi yang akan menghasilkan kemampuan dan penampilan yang
luar biasa.
Membangun mental pemain
sebenarnya tidak berbeda dengan membentuk pemain yang berteknik dan berfisik
prima. Artinya mental harus dibangun dengan proses panjang dan berjenjang.
Pemain sepakbola kelas dunia semacam Zidane, Beckham, Ronaldo, Messi dll.
adalah akibat dari sebuah proses panjang dan berkelanjutan. Mereka menjalani
sebuah perjalanan yang disebut latihan dengan baik.
Menurut Van Lingen,
Direktur Teknis KNVB (persatuan sepakbola Belanda) ada 3 unsur yang harus
selalu dihadirkan oleh seorang pelatih dalam membangun pemain-pemain
berkualitas. Ketiga unsur itu biasa disebut dengan TIC, yakni Technic, Insight, dan Communication. Sebuah latihan harus
ditekankan untuk melatih teknik bermain dari para pemain, khususnya para pemain
usia muda. Insight adalah pemahaman
para pemain dalam permainan sepakbola. Bahwa sepakbola adalah sebuah permainan
dimana lawan akan selalu berusaha merebut bola dan mencetak gol ke gawang kita.
Sepakbola juga merupakan permainan tim yang terdiri dari 11 orang. Untuk itu
pemain harus diberi pemahaman bahwa yang harus dilakukan adalah bekerja sama
untuk menahan lawan mencetak gol serta bekerja sama untuk mencetak gol ke
gawang lawan. Yang
ketiga adalah Communication. Kerjasama antarpemain dilapangan harus didasari oleh pola
komunikasi yang terjalin antarpemain. Tanpa adanya komunikasi, maka pemain akan
saling menyalahkan dan akhirnya tidak terjadi kerjasama. Ketiga proses tersebut merupakan terjemahan langsung
dari proses pembangunan pemain dari sisi Teknik bermain, fisik serta mental.
Untuk
mendapatkan kemampuan aplikasi latihan dalam sebuah pertandingan, mau tidak mau
para pemain harus terjun langsung dan mengalami sendiri sebuah pertandingan.
Hal ini berarti para pemain harus lebih sering bertanding dalam situasi
kompetisi yang ketat. Dengan kompetisi yang ketat dimana lawan langsung hadir,
maka para pemain akan dipaksa untuk berpikir cepat untuk bisa mengatasi tekanan
lawan. Dengan semakin sering seorang pemain berpikir cepat dan mengambil
keputusan, maka secara tidak langsung mental bertanding pun ikut diasah,
terlepas dari hasil pertandingan.
Para
pelatih usia muda juga hendaknya berperan sebagai seorang konselor yang secara
detil memahami kondisi pemainnya. Jika dalam sebuah turnamen, para pemain
melakukan banyak kesalahan, maka pelatih harus dengan bijak membaca
kelemahan-kelemahan itu dan mengomunikasikannya kepada para pemainnya. Pelatih
tidak berhak langsung menjatuhkan vonis atas kesalahan yang dilakukan oleh para
pemainnya. Tapi masukan yang membangunlah yang seharusnya dilakukan.
Dalam
sebuah pertandingan yang kompetitif, kemampuan asli para pemain akan langsung
terlihat. Hal ini akan memudahkan para pelatih untuk membuat evaluasi atas
pemainnya yang selanjutnya membenahi kekuarangan-kekurangan yang ada. Evaluasi
ini harus diterapkan dalam bentuk format latihan yang mengidentifikasi kondisi
asli pertandingan. Dalam bahasa teknis disebut dengan small sided games.
Dengan
seringnya para pemain melakoni pertandingan yang kompetitif, maka para pemain
pun sebetulnya dengan dalam proses learning
by doing, atau trial error.
Berbagai tekanan dengan segera harus dihadapi dan dipecahkan oleh para pemain.
Tekanan-tekanan inilah yang akan menjadi stimulus bagi para pemain.
Secara
psikologis, para pemain akan belajar dari pengalaman. Seperti teori
stimulus-respon yang dikemukakan oleh Skinner, para pemain yang mendapati
stimulus akan berusaha merespon dengan perilaku tertentu. Ditambah dengan
penguat dari pelatih, maka respon yang diperoleh diharapkan berupa
respon-respon yang positif atas stimulus tersebut.
Sudah
waktunya Indonesia mempunyai sistem pembinaan pemain yang berjenjang dengan
basis kompetisi yang teratur. Sekali lagi, kompetisi akan mematangkan dan
menyelesaikan tugas belajar yang dimiliki oleh pemain di masing-masing kelompok
umur. Jika dalam satu kelompok umur para pemain berhasil menyelesaikan tugas
belajarnya, maka fase selanjutnya akan lebih mudah di jalani. Menurut FIFA,
setiap tahun, para pemain muda sepakbola sebaiknya menjalani 30 kali
pertandingan. Hal ini di dasarkan atas kemampuan seorang anak dalam
mencari solusi atas tekanan permainan yang dihadapi.
Sekali lagi, kompetisi
merupakan salah satu ujung tombak dalam membangun mental pemain dan tentu saja
membentuk bibit-bibit pemain yang berkualitas. Tanpa kompetisi yang teratur,
niscaya mental pemain hanya akan berada pada level angin-anginan. Artinya
kadang meningkat, tapi tidak jarang dalam level bawah.
Dalam permainan sepakbola, unsur teknik
maupun fisik saja tidaklah cukup. Ada satu elemen lagi yang tidak kalah
pentingnya, yakni: Mental. Fisik akan menjamin pemain mampu menjalani permainan
selama 90 menit, ditambah kemampuan teknis yang memadai, akan menghasilkan
sebuah permainan yang bagus. Namun, hal itu tidak akan terjadi seandainya para
pemain berada dalam tekanan, stress, dan kurang motivasi.
Kondisi mental sangat menentukan kemampuan
fisik sesesorang. Jika mental terganggu secara otomatis kemampuan gerak
seseorang juga pasti terganggu. Otot terasa kaku, muncul keringat dingin, sakit
perut, atau bahkan mual-mual adalah beberapa ciri pemain sedang mengalami
stress. Jika terjadi kondisi seperti ini maka bisa dipastikan kemampuan teknis,
fisik yang prima akan sirna begitu saja. Sebaliknya, jika kondisi mental dalam
kondisi puncak, maka kekurangan-kekurangan itu seolah tertutupi dengan
munculnya energi tambahan dari ketidaksadaran manusia. Energi mental merangsang
hormon-hormon tubuh untuk bergerak lebih cepat. Kondisi di atas layaknya ketika
seseorang melihat hantu. Secepat kilat orang bisa lari dengan tenaga yang luar
biasa besarnya.
Tapi perlu diingat, kondisi mental seorang
pemain juga harus dikelola dengan baik jangan sampai seorang pemain tidak
mengukur kemampuannya dan hanya didorong oleh keinginan-keinginan tertentu.
Jangan sampai pemain yang mempunyai semangat berlebih justru menjadi bumerang
dalam sebuah permainan. Jangan sampai para
pemain kehilangan kontrol atas emosinya. Karena orang yang bersemangat dan
termotivasi rentan terhadap provokasi.
Disinilah letak peran
seorang psikolog olahraga. Psikolog olahraga berperan untuk membantu
menyalurkan motivasi dan semangat besar para pemain Indonesia agar bisa lebih
menguntungkan. Peran psikolog adalah menjaga agar para pemain tetap dalam
kondisi puncak sampai saat yang diperlukan. Pelatih harus berkonsultasi dengan
psikolog supaya diperoleh formula yang tepat untuk mempertahankan pemain dalam
peak performance-nya.
Sekali lagi, kondisi
mental tidak bisa dilepaskan dari 2 elemen yang lain dalam sepakbola. Ketika
teknik hebat, fisik prima, dan mental yang selalu terjaga maka akan
menghasilkan sebuah permainan yang indah, pantang menyerah dan selalu ngotot
untuk memenangkan pertandingan.
REFERENSI
Nasution,
Y. (2003). Latihan konsentrasi. Bahan diskusi psikologi olahraga bagi
pelatih dalam rangka Pelatnas SEA Games tahun 2003.
Nasution,
Y. (2007). Psikologi kepelatihan. Makalah dalam rangka Pelatihan Mantan
Atlet untuk Menjadi Pelatih Olahraga Tingkat Dasar Tahun 2007.
Rushall,
B. (2007). Mental skills training for serious athletes.
http://dosen-kuliah.blogspot.com/2011/05/11-ketahanan-mental-dalam-olahraga.html
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
BalasHapushanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
BalasHapusPromo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^
Winning303
BalasHapusPENAWARAN PROMOSI:
Promo Deposit Pulsa Tanpa Potongan Via TELKOMSEL / XL / AXIS
"Hallo Bagi Kalian Pecinta Sportbook | Poker Dan Domino | Livecasino | Slot | Sic Bo | Roulatte | Dll
Ayo Gabung Di Klik ====> Winning303 Situs Judi Online Terbesar Dan Terpercaya Di INDONESIA.
Klik ====> Winning303 Hadir Dengan Banyak Promo Yang Menarik dan Raih Kemenanganmu Sebanyak - Banyaknya
Winning303 juga menyediakan permainan lain dengan 1 ID...
1. Sportsbook / SBOBET
2. Live Casino / Baccarat live sexy
3. Slot Online / Slot JOKER
4. Sabung Ayam S128 / sv388
5. Poker IG / Poker IDN POKER
Mari coba & rasakan permainan pragmatic slot Fire88 gratis
Klik ====> Slot fire88
Klik ====> Slot playngo
Klik ====> Slot isoftbet
• Bonus new member 20%
• Bonus Next Deposit 10%
• Bonus rollingan slot sampai 0,7%
• Bonus referral sampai SEUMUR HIDUP
• Bonus Cashback 5-10 %
• Bonus S128/SV388 Menang 7x Di Klik ====> Sabung ayam dapat bonus sampai 5.000.000
Raih Jackpot Spesial yang bisa anda dapatkan...dengan modal kecil dapatkan bonus BESAR...
Hanya di Winning303... Klik ====> DAFTAR
Info hub
WA : 087785425244
LIVE CHAT Di Klik ====> Chat Winning303
BalasHapusDAFTAR BONUS NEW MEMBER BANDAR TARUHAN ONLINE RESMI & TERPECAYA CLUB388CASH
SITUS AGEN SLOT & LIVE CASINO DEPOSIT PULSA CLUB388CASH TERPECAYA SE-ASIA
CLUB388CASH ADALAH SISTUS AGEN BANDAR TARUHAN ONLINE TEPECAYA YANG MEMILIKI BANYAK PERMAINAN HANYA MENGGUNAKAN 1 AKUN ATAU 1 USER ID SAJA SEMUA DAPAT DI MAINKAN SEMUA DI PERMAINAN CLUB388CASH. TENTUNYA EVENT BONUS PROMO SETIAP BULAN NYA YANG MANTAPPP ^^
CS 24jam Online
JANGAN SAMPAI KEHABISAN FREECHIPSNYA !!
SEHAT SELALU UNTUK KITA SEMUA ...ALWAYS THANKFULL AND GRATEFULL ^^
MAU CARI SITUS TERBAIK DAN TERPERCAYA GACOR HANYA 1X24 JAM?
BalasHapusYUK JOIN LANGSUNG BOLAVITA WINRATE 99% HANYA DENGAN 1 USER ID SAJA DAPAT MEMAINKAN SEMUA PERMAINAN YANG ADA.
UNTUK DEPOSIT DAPAT DILAKUKAN MELALUI BANK TERNAMA DI INDONESIA , E-WALLET & PULSA TANPA POTONGAN RATE!
BERAPAPUN KEMENANGAN ANDA PASTI DIBAYAR LANGSUNG !!
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623